The Ultimate Guide To buku cinta nabi
The Ultimate Guide To buku cinta nabi
Blog Article
Sediksi.com – Pernah terjebak friendzone? Itu mungkin adalah salah satu pengalaman pahit dalam hidup, karena seseorang yang kita cintai ternyata tidak memberikan balasan. Tema ini sering diadaptasi jadi novel tentang cinta bertepuk sebelah tangan lho.
Khadijah menjalani peran amat penting itu selama 10 tahun -bahkan lebih, bila dihitung dari sejak mereka menikah- dalam masa kenabian Muhammad Noticed, sejak ia berumur fifty five tahun sampai ia wafat pada usia 65 tahun. Kekuatan fisik dan kecantikan Khadijah semakin lama pudar dimakan usia. Tetapi kekuatan spiritual dan kejernihan cintanya tidak pernah berubah. Ia selalu dan selamanya beriman kepada Allah serta meyakini kebenaran risalah suaminya. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW pada masa hidup Khadijah tidak pernah berpikir untuk menikah dengan wanita lain atau menjadikan hamba sahaya perempuan sebagai istrinya. Begitu berartinya peran Khadijah sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan bahwa tak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Khadijah bahkan tidak juga Aisyah Ra. –istri beliau, putri dari Abu Bakar yang juga dicintainya.
Dan maaf sebelumnya kalo aku banyak komen. Sebenarnya saya lihat ini masih 0 koment, padahal udah komen-komen juga. Ini aku ngambil salah satu contohnya untuk salin di buku tulis karena ada tugas caei contoh ReplyDelete
Perumpamaanmu jika tidak melakukannya adalah seperti sapi yang tidak jinak, yang tidak bisa dipekerjakan. Perumpamaanmu jika melakukannya adalah seperti sapi yang mati, maka semut masuk pada ujung dua tanduknya, dan ia tidak bisa membela dirinya sendiri.”
Buku ini berisi catatan kecil, puisi pendek dan surat-surat yang tak sampai alamat. Semuanya tentang ungkapan orang yang patah hati karena orang yang dicintainya memilih bahagia dengan yang lainnya.
Khadijah, dengan kecerdasan pikiran dan kejernihan perasaannya, yakin bahwa Muhammadlah orang yang diramalkan para rahib dan pendeta akan menjadi nabi akhir jaman. Khadijah percaya kepada saudara sepupunya, Waraqah ibn Naufal, yang menyatakan bahwa Muhammadlah nabi yang ditunggu-tunggu dari bangsa Arab. Atas dasar keyakinan itu, Khadijah memberanikan diri untuk mendobrak tradisi Jahiliah dengan meminang langsung Muhammad untuk dirinya sendiri.
Bila kita mencintai seseorang, ada saat berjumpa, maka pasti juga ada saat berpisah. Ketika pertama kali berjumpa dengan kekasih, hati kita bahagia karena seseorang telah memberikan kepercayaan dengan sepenuh hatinya dan berharap agar kita juga memberikan hal yang sama padanya.
*Jika melihat sesuatu yang disukai: Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya segala yang baik menjadi sempurna
Akan tetapi jodoh tidak akan kemana, karena kalau memang bukan jodohnya apapun dan bagaimanapun mengusahakannya Allah SWT mempunyai caranya tersendiri untuk tidak mempertemukannya.
5. ‘Semoga Lekas Lega’, kisah tentang orang-orang yang patah hati dan menyadari lukanya sendiri kemudian berjuang memperbaiki hatinya
Dari cerita tersebut banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Banyak aktivitas yang bisa kita teladani.
Karena keputusannya itulah pantas bila dikatakan Khadijah menjadi pelopor bagi upaya memberikan hak pada kaum perempuan untuk memilih teman hidup mereka sendiri. Khadijah berpendapat bahwa wanita juga berhak melakukan pendekatan kepada pria yang ia inginkan untuk menjadi suaminya.
Khadijah Binti Khuwaillid, Ra. adalah seorang wanita pengusaha yang mandiri dan independen. Kala itu ia telah menikah two kali –kedua suaminya terdahulu telah meninggal dunia- sebelum akhirnya menikah dengan Rasulullah Observed. Ia janda dengan three orang anak, 2 laki-laki dan one perempuan. Beliau adalah saudagar wanita paling diperhitungkan pada jamannya. Keputusannya menikahi –bahkan melamar Muhammad untuk dirinya sendiri, yang ketika itu berusia twenty five tahun jauh lebih muda fifteen tahun dari umurnya, bukanlah sebuah keputusan yang lazim bagi seorang get more info wanita pada jaman Arab jahiliah, apalagi telah banyak pinangan dari para bangsawan Quraisy yang datang pada dirinya.
Buku ini memotret kehidupan Nabi di setiap rumah yang pernah beliau tinggali dan singgahi—sejak masa kanak-kanak hingga detik-detik terakhir kehidupannya.